LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA KUAILTAS AIR
LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA
OBJEK
PRAKTIKUM : ANALISA
KUAILTAS AIR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisa
air termasuk ke dalam kimia analisa kuantitatif karena menentukan kadar suatu
zat dalam campuran zat-zat lain. Prinsip analisa air yang digunakan adalah
prinsip titrasi dan metode yang digunakan adalah metode indikator warna dan
secara umum termasuk ke dalam analisa volumetrik. Air merupakan senyawa kimia yang
sanat penting dan sanat diutuhkan oleh makhluk hidup. Pada praktikum ini
membahas tentang kualitas air yang bertujuan agar mahasiswa dapat menganalisis
beberapa sifat fisis dan sifat kimia air secara kuantitatif. Sifat fisis air
seperti zat padat terlarut dan zat tersuspensi, warna rasa dan bau, dan suhu.
Sedangkan sifat kimia air yaitu pH, DO, COD, Fe dan amoniak. Kualitas
air merupakan penentu kelangsungan kehidupan makhluk hidup kedepannya, khususnya
manusia. Kualitas air dapat diketahui nilainya dengan mengukur parameter fisika
dan parameter kimia. Pada
air, dapat terjadi pencemaran air pencemaran air yaitu penyimpangan sifat-sifat
air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannnya. Untuk mengetahui kualitas
air maka perlu dilakukan pengukuran. Pengukuran
kualitas air dilakukan pada ekosistem perairan seperti kolam waduk, sungai,
laut, danau, teluk, delta, semenanjung dan perairan lainnya.
1.2 Tujuan percobaan
Tujuan
praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu menguji atau menganalisis beberapa
sifat fisis dan sifat kimi air secara kualitatif dan kuantitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Didalam manajemen kualitas air
adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi lingkungan sehingga mereka
berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam
usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia yang mempunyai
pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan (Widjanarko, 2005).
Air yang
baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/ tawar dan suhu
untuk air minum idealnya ±30 C. Padatan terlarut total (TDS)
dengan bahan terlarut diameter <10-6 dan koloid (diameter 10-6-10-3 mm)
yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2003).
Air untuk
minum umumnya berasal dari Air Permukaan (Surface Water) seperti danau,
sungai dan cadangan air lainnya di permukaan Bumi atau dari Air Tanah (Ground
Water) atau air yang di pompa (melalui pengeboran) dari dalam tanah yang
umumnya bebas dari kandungan zat berbahaya, namun tidak selalu bersih
(Krisnandi, 2009).
Kualitas
air yang baik ini minimal mengandung oksigen terlarut sebanyak lebih 5 mg/l.
Oksigen terlarut ini dapat ditingkatkan dengan menambah oksigen ke dalam air
dengan menggunakan aerator atau air yang terus mengalir. Kelebihan plankton
dapat menyebabkan kandungan oksigen didalam air menjadi berkurang. Maka dengan
itu plankton dalam kolam harus selalu dipantau (Ansori, 2008).
Pengukuran kualitas air dapat
dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah pengukuran kualitas air dengan
parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas, pH, konduktivitas,
kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air
dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang, 2006).
Dalam pengukuran kualitas air secara
umum, menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan
dengaan memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi serta keadaan daerah
pengamatan (Fajri, 2013).
Pola temparatur ekosistem air
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran
panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga
oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di
tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh
faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia)
seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS
yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya
matahari secara langsung (Barus, 2003).
Kecerahan suatu perairan menentukan
sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu perairan dan sampai kedalaman
berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna. Kecerahan yang mendukung
adalah apabila pinggan secchi disk mencapai 20-40 cm dari permukaan. (Chakroff
dalam Syukur, 2002).
Suhu air merupakan factor yang
banyak mendapatkan perhatian dalam pengkajian-pengkajian. Data suhu air dapat
dimanfaatkan bukan saja hanya untuk mempelajari gejala-gejala fisika dalam laut
tetapi juga dalam kaitannya dengan kehidupan hewan atau tumbuhan, bahkan dapat
juaga dimanfaatkan untuk mengkaji metodologi (Notji, 1989).
Oksigen terlarut
merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan kualitas air. Oksigen
terlarut akan langsung berpengaruh pada kemampuan organisme untuk bertahan di
perairan tercemar. Pada perairan yang jenuh biasanya mengandung oksigen dalam
rentang 8-15 mg / l. Tergantung pada salinitas dan tempertur bagi organisme –
organisme akuatik biasanya membutuhkan dengan konsentrasi 5-8 mg/l untuk dapat
hidup secara normal
(
Naster,1991 dalam Wibowo, 2004).
Amonium ( NH3) dan garam-garamnya
bersifat mudah larut dalam air. Ion amonium adalah bentuk transisi dari
amoniak. Sumber amoniak di perairan adalah pemecahan nitrogen organik ( protein
dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam limbah dan air, yang
berasaal dari bahan organik yang terdapat di dalam limbah dan air,yang berasal
dari bahan organik ( tumbuhan ) dan biota akuatik yang telah mati olwh mikroba
dan jamur ( Effendi, 2003).
BAB III
METODOLOGI
3.1 alat dan bahan
Alat yang digunakan
-
Gelas ukur 50 ml - Penjepit tabung reaksi
-
Gelas piala 100 ml - Erlenmeyer
-
Pipet tetes - Kompor listrik / gas
-
Pipet volume 5 ml - Buret + statis
-
Pipet volume 10 ml - Corong
-
Lampu spiritus - Neraca analitik
-
Tabung reaksi + rak - Botol semprot
-
Batang Pengaduk - Termometer
-
Corong kaca
Bahan yang digunakan
-
KMnO4
-
Aquades
-
H2SO4
-
Kertas lakmus merah
-
Asam oksalat ( H2C2O4
)
3.2 Cara kerja
1. Suhu
/ temperature
·
Menyiapkan sampel (membuka tutup botol sempel)
·
Menyelupkan alat pengukur suhu (thermometer atau O2
meter) ke dalam sampel, pastikan tangan anda tidak bersentuhan dengan alat pengukur
tersebut.
·
Baca angka yang tertera pada alat tersebut.
2. Zat
padat terlarut dan zat padat tersuspensi
·
Mengambil sampel sebanyak 100 ml dengan gelas ukur dan
tuangkan kedalam gelas piala dan panaskan.
·
Perhatikan, apakah sampel menjadi keruh ataukah ada
yang mengendap.
·
Jika sampel menjadi keruh berarti ada zat padat
terlarut, sadangkan jika terjadi endapan berarti sampel mengandung zat
tersuspensi.
3. Warna
·
Mengambil sampel kedalam tabung reaksi sebanyak ± ¾
dari volume tabung reaksi
·
Bandingkan warnanya dengan larutan standar yang telah
disediakan.
4. DO
( dissolve oxygen)
·
100 ml sampel dimasukkan kedalam gelas piala yang
bervolume 100 ml
·
Celupkan O2 meter kedalam sampel
·
Takan mode untuk mendapatkan nilai DO
·
Angka yang tertera pada O2 menunjukkan
konsentrasi oksigen yang didukung sampel
5. Amoniak
·
Masukkan 10-15 ml sampel kedalam tabung reaksi
·
Lipatkan kertas lakmus merah di mulut tabung reaksi
·
Panaskan di atas api lampu spiritus
·
Amati sampel, apakah tercium bau tengik atau tidak.
·
Sampel mengandung amoniak apabila tercium bau tengik
atau lakmus merah berubah menjadi warna biru.
6. COD
secara kuantitatif
·
Pipet 10 ml sampel dengan volume dan masukkan kedalam
gelas ukur 100 ml
·
Enerkan sampel tersebut dengan aquades sampai volume
100 ml
·
Ditambah 5 ml H2SO4 4N ,
panaskan sampai mendidih
·
Ditambah lagi dengan 10 ml KMnO4 0,01 N dan
didihkan selama 10 menit ( terbentuk warna merah muda )
·
Jika selama di didihkan warna merah muda hilang tambah
10 ml KMnO4 0,01 N lagi, sampai warna merah muda tidak hilang lagi.
·
Tambah 10 ml asam oksalat (H2C2O4)
0,01 N warna merah muda hilang
·
Selagi panas segera titrasi dengan KMnO4
0,01 N sampai terbentuk warna merah muda muda yang stabil (tidak hilang lagi),
catat volume KMnO4 yang terpakai.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
No
|
Parameter
|
Hasil
Pengamatan
|
|||||
Air Sumur
|
Air Limbah
|
||||||
1
|
Suhu
|
31o C
|
32 oC
|
||||
2
|
Zat padat terlarut
|
Tidak keruh
|
Tidak ada perubahan
|
||||
3
|
Zat padat tersuspensi
|
Tidak ada endapan
|
Sedikit ada endapan
|
||||
4
|
Warna
|
Jernih
|
Keruh Pekat
|
||||
5
|
DO
|
-
|
-
|
||||
6
|
Amoniak
|
Tidak tengik
|
Bau Tengik
|
||||
7
|
COD
|
Volume KMnO4 selama pemanasan (ml)
|
Volume KMnO4 Titrasi I (ml)
|
Volume KMnO4 Titrasi II (ml)
|
Volume KMnO4 selama pemanasan (ml)
|
Volume KMnO4 Titrasi I (ml)
|
Volume KMnO4 Titrasi II (ml)
|
Ulangan I
|
10
|
10
|
10
|
10
|
6
|
9
|
|
Ulangan II
|
BAB V
PEMBAHASAN
Dari
Hasil pengamatan diatas kita ketahui jumlah sampel air untuk praktikum ini
adalah2 sampel yang meliputi air Sumur dan air Limbah (Air danau).Dari
Parameter suhu sampel air Sumur suhunya
cenderung agak sedikit lebih rendah dibandingkan suhu air limbah yaitu air
sumur 31o sedangkan
air limbah 32 oC.
sehingga
kedua sampel ini cenderung tidak dapat dikonsumsi sebab suhu normal air yang
dapat dikonsumsi adalah ± 3 oC dari
suhu lingkungannya.Dalam pengamatan warna kedua sampel air,pada air sumur warna
airnya berwarna bening tetapi air sumur belum tentu dapat kita
konsumsi karena air sumur mengandung ion-ionlogam secara alami seperti
besi,dan lain-lain.Sedangkan pada air limbah warna airnya berwarna kuning
ini mungkin disebabkan oleh humus dan bahan organik yang membusuk.Setelah kedua
sampel dipanaskan hingga mendidih,dan dilakukan penciuman bau tengikatau tidak
tengik pada sampel,pada air sumur tidak terdapat bau tengik sehingga tidak
terdapat amoniak (NH3) maka air sumur belum tercemar dan pada air limbah
tercium sedikit tengik sehingga terdapat sedikit amoniak dalam airnya maka air
limbah sudah tercemar. Selanjutnya pengamatan zat padat terlarut pada
kedua sampel, pada air sumur airnya tidak berubah menjadikeruh sehingga tidak
terdapat zat padat terlarut karena dan pada air limbah airnya berubah menjadi
sedikit keruh maka terdapat sedikit zat padat terlarut. Dan setelah diamati
lagi pada air sumur tidak ada perubahan atau mengalami pengendapan sehingga
pada air sumur tidak terdapat zat padat tersuspensi,namun pada air limbah
justru mengalami perubahan atau adasedikit endapan di didalam air sehingga air
limbah mengandung sedikit zat padat tersuspensi.Dalam hasil pengamatan DO
memang tidak ada tetapi penting untuk diketahui bahwa DO pada Suhu air yang
terlalu tinggi mengakibatkan oksigen yang terlarut atau DO level padaair
rendah. Karena semakin tinggi suhu air, kelarutan oksigen semakin rendah.
Sebaliknyakelarutan oksigen akan semakin tinggi jika suhu air normal. Hal ini
disebabkan karena air danoksigen bebas berikatan secara fisika. Oksigen yang
dimaksud adalah oksigen terlarut yangterkandung di dalam air, berasal dari
udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air.Kelarutan oksigen (O2) dalam
air sangat dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, udaradan gerak pada air
(turbulensi). Oksigen yang terdapat dalam air ini sangat diperlukan untukkehidupan
tumbuh-tumbuhan dan hewan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yanghidup
di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme
seperti bakteri. Kadar oksigen dalam air juga tergantung pada
kotornya air itu. Makin kotor air, makamakin kecil kadar oksigennya. Oleh
karena itu oksigen juga sering dipakai sebagai parameter
untuk
menentukan tingkat pencemaran pada air, khususnya untuk air limbah. Untuk
keperluanair minum dan kehidupan aquatik, makin tinggi kadar oksigennya makin
baik air tersebut.Dalam hasil pengamatan COD (Chemical Oxygen Demand) tidak ada
tetapi COD merupakan adanya zat organik yang melebihi dari yang disyaratkan
berarti menunjukka nadanya pencemaran/pengotoran terhadap air tersebut. Zat
organik merupakan makanan mikroorganisme, yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan
sehingga membahayakanmasyarakat yang menggunakannya. Zat organik dapat pula
mengganggu
proses pengolahan,disamping menyebabkan air menjadi berwarna,memberikan rasa dan bau yangtidak
sedap. Untuk mengetahui berapa banyak zat organik dalam air adalah sulit,
sebab banyak sekali macamnya, maka lalu ditetap-kan dengan pemakaian oksigen secara kimia,yang
dikenal dengan COD . COD adalah banyak-nya oksigen yang dibutuhkan
untukmengoksidasi zat organik secara kimia dalam tiap liter air pada kondisi
tertentu.
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Air merupakan senyawa yang bersifat pelarut universal, karena sifatnya
tersebut, maka tidak ada air dan perairan alami yang murni. Tetapi didalamnya
terdapat unsur dan senyawa yang lain. Dengan terlarutnya unsur dan senyawa
tersebut, terutama hara mineral, maka air merupakan faktor ekologi bagi makhluk
hidup. Walaupun demikian ternyata tidak semua air dapat secara langsung
digunakan memenuhi kebutuhan makhluk hidup, tetapi harus memenuhi kriteria
dalam setiap parameternya masing-masing. Analisa Umum pada Air merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia, khususnya air minum Tetapi ketersediaan air minum
yang memenuhi syarat semakin sulit dipenuhi, terlebih lagi daerah-daerah
resapan air yang telah dirubah menjadi pemukiman penduduk, limbah-limbah
industri yang mencemari sungai-sungai. Air yang baik idealnya tidak
berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/ tawar dan suhu untuk air minum
idealnya ±30 C. Air Keran termasuk air jernih sedangkan air
sawah bukan air jernih. Air Keran tidak memiliki zat padat terlarut dan zat
padat tersuspensi,Sedangkan Air Sawah sedikit memiliki zat padat terlarut dan
zat padat tersuspensi. Amonium
( NH3) terdapat pada air sawah sedangkan pada air keran tidak ada. Oksigen terlarut (DO/Disolve Oxygen)
merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan kualitas air. Oksigen
terlarut akan langsung berpengaruh pada kemampuan organisme untuk bertahan di
perairan tercemar. COD (Chemical
Oxygen Demand) adalah banyak-nya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat
organik secara kimia dalam tiap liter air pada kondisi tertentu.
5.2 saran
Praktikan
diharapkan lebih teliti dalam membaca alat dan menetapkan hasil akhiragar galat
yang ada tidak besar dan diharapkan utuk belajar seputar percobaan sebelum
melakukan percobaanini.
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, A.K. 2008. Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir di
PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri.
Karya Ilmiah. Program Studi Diploma III Kimia Analis Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Diploma III Kimia Analis
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Barus, T.
A, 2003. Pengantar Limnologi. Medan. Jurusan Biologi FMIPA USU
Effendi, H.2003.Telaah Kualitas Air.Yogyakarta.
Krisnandi, Y.K. 2009. Kimia Dalam Air. Bahan
ajar. Jakarta. KBI Kimia Anorganik
Universitas indonesia.
Widjanarko.,
2005. Kendari. Tingkat Kesuburan Perairan.
Nontji, Anugerah.1987.
Laut Nusantara. Jakarta. PT
Grafindo.
Syukur,
A., 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas Phytoplankton di Waduk Uwai.
Sihotang,
C. dan Efawani. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Pekanbaru. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan UR.
Wibowo, Harri.2001.Tingkat Eutrofikasi Rawa Pening dalam Rangka
Kajian Produktivitas Primer Fitoplankton. Semarang. Universitas
Diponegoro.
Comments
Post a Comment